Satu Mimpi Satu Barisan [Puisi Wiji Thukul]

di lembang ada kawan sofyan
jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
karena mogok karena ingin perbaikan
karena upah ya karena upah

Read more »

Interstellar: Bukan yang Terbaik dari Nolan


Interstellar bukanlah karya terbaik Christopher Nolan, tetapi film ini tetap layak untuk ditonton.

Jujur saja, sebelum menyaksikan Interstellar, saya membayangkan film ini akan mirip-mirip dengan karya klasik Stanley Kubrick yang berjudul 2001: A Space Odyssey. Saya membayangkan adanya visualisasi luar angkasa yang indah, tata suara yang menggelegar, komputer supercerdas, alur yang lambat, fragmen-fragmen yang sulit dimengerti dan multitafsir seperti dalam film keluaran tahun 1968 tersebut. Apalagi saya juga membaca di sejumlah artikel bahwa Nolan sendiri mengakui bahwa ada beberapa hal dari 2001: A Space Odyssey yang menginspirasi Interstellar. Setelah menyaksikan keseluruhan film, beberapa dugaan saya memang ada benarnya juga.

Read more »

Be Drunk

You have to be always drunk. That’s all there is to it—it’s the only way. So as not to feel the horrible burden of time that breaks your back and bends you to the earth, you have to be continually drunk.

But on what? Wine, poetry or virtue, as you wish. But be drunk.

And if sometimes, on the steps of a palace or the green grass of a ditch, in the mournful solitude of your room, you wake again, drunkenness already diminishing or gone, ask the wind, the wave, the star, the bird, the clock, everything that is flying, everything that is groaning, everything that is rolling, everything that is singing, everything that is speaking. . .ask what time it is and wind, wave, star, bird, clock will answer you: “It is time to be drunk! So as not to be the martyred slaves of time, be drunk, be continually drunk! On wine, on poetry or on virtue as you wish.”



*Puisi dari Charles Baudelaire (1821-1867), penyair asal Perancis. Puisi yang meminta supaya kita tidak menjalani hidup sebagai beban. Bebaskanlah dirimu dari tekanan! Mabuklah! Tidak harus mabuk dengan wine atau puisi. Bisa juga “mabuk” dengan membaca buku, “mabuk” dengan menonton film, mendengarkan musik, berbincang dengan kekasih. Atau menonton sepakbola di akhir pekan, seperti yang biasa saya lakukan. Terserah anda. Hiduplah dengan penuh kegembiraan. Dan alangkah bagusnya jika anda bisa membuat orang lain gembira.

Ernest


Ernest Douwes Dekker masih punya hubungan keluarga dengan Eduard Douwes Dekker, sang penulis buku Max Havelaar. Douwes Dekker yang disebut terakhir—yang juga dikenal dengan nama pena Multatuli—adalah adik dari kakek Ernest Douwes Dekker. Keduanya sama-sama anti penjajah Belanda. Sama-sama benci penindasan dan diskriminasi dari kaum kolonialis. Pena Multatuli sangat tajam ketika mengkritik pemerintah kolonial lewat tulisan yang dibuatnya. Begitu juga Ernest.

Read more »

Mengapa Saya Menulis ― Pidato Orhan Pamuk Saat Menerima Nobel Sastra 2006


Life can't be all that bad, I'd think from time to time. Whatever happens, I can always take a long walk along the Bosphorus.” ― Orhan Pamuk, Istanbul: Memories and the City.

***

Mengapa anda menulis? ini adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan sepanjang karir menulis saya. Maksud mereka kebanyakan adalah ini: apa poin dari menulis? mengapa anda memberikan waktu anda untuk aktivitas yang aneh dan tidak jelas ini? Mengapa anda menulis? Anda harus memberikan alasannya, sebuah penjelasan untuk menulis.

Read more »

Hidup Tak Layak Dijalani

I may not have been sure about what really did interest me, but I was absolutely sure about what didn't.” ― Albert Camus, The Stranger.

***

Ketika ia sudah pergi, aku kembali menemukan ketenangan. Aku lelah sekali dan kujatuhkan diriku ke tempat tidur. Kukira aku tertidur, karena aku terbangun dengan bintang-bintang di depan wajahku. Suara-suara dari perdusunan naik sampai kepadaku. Bau-bau malam, tanah, dan garam, menyegarkan keningku kembali. Kedamaian yang menakjubkan dari musim panas yang tertidur itu merasuk ke dalam diriku seperti air pasang. Pada saat itu, pada batas malam, sirine-sirine meraung. Bunyinya menandai keberangkatan ke dunia yang sejak itu tak pernah lagi tak acuh kepadaku. Untuk pertama kali setelah sekian lama, aku memikirkan Ibu. Kurasa aku mengerti mengapa pada akhir hidupnya ia mengambil seorang “tunangan”, mengapa ia bermain untuk memulai kembali. Juga di sana, di sekitar panti wreda, di mana hidup padam, sore hari terasa seperti saat istirahat yang rawan. Pada saat-saat menjelang kematian, Ibu pasti merasa terbebas dan siap menghidupkan semuanya kembali. Tak seorang pun, tak seorang pun berhak menangisi Ibu. Dan aku, aku juga merasa siap untuk hidup kembali. Seakan-akan kemarahan yang luar biasa itu telah mencuci diriku dari kejahatan, mengosongkan diriku dari harapan. Di hadapan malam yang penuh dengan tanda dan bintang itu, untuk pertama kali aku membuka diriku pada ketakacuhan lembut dunia ini. karena setelah merasakan bahwa ia begitu sama denganku, dan akhirnya begitu bersaudara, aku merasa bahwa aku telah berbahagia, dan masih demikian adanya. Supaya semua tereguk, supaya aku tidak merasa terlalu kesepian, aku hanya mengharapkan agar banyak penonton datang pada hari pelaksanaan hukuman matiku dan agar mereka menyambutku dengan meneriakan cercaan-cercaan.



*Diambil dari paragraf terakhir novel “The Stranger” karya Albert Camus (1942). Edisi terjemahannya pernah diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia pada 2013, dengan judul “Orang Asing”. Novel ini sering saya baca ulang pada tengah malam, ketika tak tahu harus berbuat apa.

Sepatah Dua Patah Kata



Halo, selamat datang di blog yang sederhana ini. Saya Reza Fajri. Lahir di Bogor, besar di Cirebon, kuliah dan kerja di Jakarta. Saya suka sepakbola, sastra, musik dan film.

Saya sangat suka membaca. Baik itu buku, koran, majalah atau esai-esai di internet. Ciri-ciri bacaan yang saya suka adalah bacaan yang sejak paragraf pertamanya sudah memikat. Teman membaca saya biasanya adalah segelas kopi hitam.

Saat ini saya bekerja sebagai reporter di salah satu media nasional. Kalau ingin ngobrol-ngobrol lebih lanjut, silahkan ke akun Twitter saya di @rezafajri. Setelah itu kita bisa minum kopi berdua di suatu tempat yang sunyi. Terima kasih.